بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
ANDA MENDERITA AMBIEN/WASIR? DISINI ADA JAWABANNYA. ANDA KESULITAN MENCARI KOSA-KATA BAHASA BANJAR PAHULUAN? DI SINI TERSEDIA KAMUS MINI BAHASA BANJAR. ATAU ANDA INGIN TAHU SEPUTAR HULU SUNGAI TENGAH? SILAKAN JELAJAH LAMAN INI (By : SYAFRUDDIN)
DUNIA ADALAH TEMPAT MENCARI BEKAL UNTUK KEHIDUPAN SETELAH MATI

Selasa, 31 Mei 2011

OBAT ALAM

  1. Gigitan lebah madu lebih manjur ketimbang madunya. Caranya gigitkan/sengatkan lebah madu (biasanya warnanya kuning htam) ke otot-otot tertentu pada badan anda. Bisa memperlancar buang air kecil, menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi sakit pinggang, dll. Otot-otot mana saja yang bisa disengatkan, inilah yang perlu anda ketahui secara detail.
  2. Kalau anda digigit lebah atau semacamnya, agar tidak bengkak oleskan saja air liur dibawah lidah anda atau usap dengan buah cabe ke tempat yang digigitnya. Insya Allah bekas gigitan tidak akan bengkak.
  3. Anak anda nangis karena sakit perut? Remas-remas daun sirsak, kemudian usapkan ke perut anak anda. Insya Allah anak anda ngga nangis lagi.
  4. Anda menderita diabetis/kencing manis. Caba resep ini. Ambil bekas gergajian/serbuk kayu ulin, kemudian direbus. Amalkan dan minum airnya. Lihat sendiri hasilnya.

»»  Baca Selengkapnya...

Minggu, 29 Mei 2011

TEKA TEKI KONYOL


  1. Hewan apa apabila dibuang kepalanya jadi api?
  2. Ada satu kata yang terdiri dari 5 huruf. Apabila dibuang satu haruf menjadi enam. Kata apakah itu?
  3. Hewan apa yang paling tua di dunia?
  4. Paha siapa yang tidak keliatan?
  5. Mana yang lebih besar antara pesawat terbang dengan baju daster?


Jawaban
»»  Baca Selengkapnya...

RUMUS KONVERSI ANGKA KE HURUF

Function AngkaToTeks(lnAngka) As String
Dim lcOldAngka As String
Dim lcAngka As String
Dim lcAmt As String
Dim lcTeks As String
Dim i As Integer

i = 0
lcAmt = ""
lcTeks = "Satu Dua Tiga Empat Lima Enam Tujuh Delapan Sembilan"

lcOldAngka = Trim(Str(Round(lnAngka, 0)))

' Angka 12 menandakan panjang maksimal 12 digit.
lcOldAngka = Space(12 - Len(lcOldAngka)) & lcOldAngka

' 3 berarti looping sebanyak 4 kali, karena AngkaToTeks ini sampai
' miliar-an.
' contoh: 123.456.789.012
' 0 1 2 3
For i = 0 To 3

lcAngka = Mid(lcOldAngka, i * 3 + 1, 3)

If Not (Trim(lcAngka) = "") And Val(lcAngka) > 0 Then

If Mid(lcAngka, 1, 1) = "1" Then
lcAmt = lcAmt + " Seratus "
End If

If Mid(lcAngka, 1, 1) > "1" Then
lcAmt = lcAmt + RTrim(Mid(lcTeks, Val(Mid(lcAngka, 1, 1)) * 8 - 7, 8)) + " Ratus "
End If

If Mid(lcAngka, 2, 1) = "1" Then
Select Case Mid(lcAngka, 3, 1)
Case "0"
lcAmt = lcAmt + " Sepuluh "
Case "1"
lcAmt = lcAmt + " Sebelas "
Case Is > "1"
lcAmt = lcAmt + RTrim(Mid(lcTeks, Val(Mid(lcAngka, 3, 1)) * 8 - 7, 8)) + " Belas "
End Select
End If

If Mid(lcAngka, 2, 1) > "1" Then
lcAmt = lcAmt + RTrim(Mid(lcTeks, Val(Mid(lcAngka, 2, 1)) * 8 - 7, 8)) + " Puluh "
If Mid(lcAngka, 3, 1) > "0" Then
lcAmt = lcAmt + RTrim(Mid(lcTeks, Val(Mid(lcAngka, 3, 1)) * 8 - 7, 8))
End If
End If

If Mid(lcAngka, 2, 1) = "0" And Mid(lcAngka, 3, 1) > "0" Then
lcAmt = lcAmt + RTrim(Mid(lcTeks, Val(Mid(lcAngka, 3, 1)) * 8 - 7, 8))
End If

If Mid(lcAngka, 1, 2) = " " And Mid(lcAngka, 3, 1) > "0" Then
lcAmt = lcAmt + RTrim(Mid(lcTeks, Val(Mid(lcAngka, 3, 1)) * 8 - 7, 8))
End If

If i = 0 Then
lcAmt = lcAmt + " Miliar "
End If

If i = 1 Then
lcAmt = lcAmt + " Juta "
End If

If i = 2 Then
lcAmt = lcAmt + " Ribu "
End If

End If

Next

If Not lcAmt = "" Then
AngkaToTeks = lcAmt + " Rupiah"
Else
AngkaToTeks = "Nol Rupiah"
End If

End Function

Sub Terbilang()
If Len(Range("D7").Value) <= 12 Then
Range("B9").Value = "// " & AngkaToTeks(Range("D7").Value) & " //"
Else
MsgBox "Maksimal 12 Digit"
Application.Undo
End If
End Sub




Private Sub Worksheet_SelectionChange(ByVal Target As Range)
If Range("D7").Value <> Range("AA1000").Value Then
Terbilang
Range("AA1000").Value = Range("D7").Value
End If
End Sub





CATATAN :
TEKS WARNA MERAH DISESUAIKAN DENGAN KEPERLUAN DIMANA POSISI ANGKA DAN HURUF TERBILANG AKAN DITEMPATKAN (RANGE) PADA MICROSOFT EXCEL
»»  Baca Selengkapnya...

BERMALAM DI HST, SEMARAK ASMAUL HUSNA

SEMALAM DI HST,
SEMARAK ASMAUL HUSNA

Barabai ternyata sudah membuktikan diri sebagai daerah yang selalu menekankan nilai-nilai religius dalam membangun. Salah satu buktinya dengan mempercantik wajah kota melalui neon box bertuliskan sembilan puluh sembilan asmaul husna. Pemasangan asmaul husna ini dipasang dengan 2 motif atau corak. Corak pertama dengan latar belakang putih (huruf Arab dan artinya) dipasang disepanjang Jln. P.HM. Noor, Jln. Bakti, Jalan H. Brigjen H. Hasan Basry, Jalan Pasar baru, dan jalan Ganseya. Sedangkan corak yang kedua berlatar belakang merah dan berbagai ornamen (huruf arab dan latin serta artinya) dipasang disepanjang Jalan Murakata, Jln. Antasri hingga jalan H. Abdul Muis Redhani. Jalan ini merupakan jalan lintas Kalimantan Selatan dan Timur. Dengan demikian praktis mampu mencitrakan Barabai sebagai kota religi.
Sekedar diketahui, HST adalah pelopor dalam pemasangan Asmaul Husna di sepanjang jalan protokol dalam kota Barabai dan di sepanjang jalan propinsi. Tujuan utama pemasangan asmaul husna di HST disamping mengutamakan keindahan dan tulisan yang dapat dibaca oleh masyarakat, juga sebagai pembelajaran bagi masyarakat sehingga senantiasa dapat mengingat Allah sang pencipta.
Kesejukkan HST dengan pohon –pohon mahoninya tentu akan menjadi lebih damai dengan kehadiran neon box asmaul husna. Untuk membuktikan suasana religi ini cobalah anda sekali-sekali menginap barang semalam di HST. Semarak asmaul husna tentu akan memberikan ketentraman anda ketengan anda. Apalagi saat ini di HST telah tersedia banyak penginapan yang menyediakan berbagai pelayanan. Walaupun HST tidak memiliki hotel berbintang, namun penginapan bermelati ini setidaknya mampu menyajikan pelayanan yang anda butuhkan.
»»  Baca Selengkapnya...

SEJARAH MESJID KERAMAT PELAJAU HST

Adalah sebuah riwayat, bahwa kampung Pelajau mulai dikenal sekitar abad ke 14 Masehi yang pada mulanya bernama Palayarum. Nama ini diambil dari sebuah nama sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus. Sungai tersebut mengalir melalui sungai Batang Alai, sungai Palayarum, sungai Buluh, terus ke Negara (Daha) dan sampai ke Banjarmasin, yaitu Koen (Pusat Kerajaan Banjar pada masa itu) serta bermuara ke Laut Jawa. Sekarang sungai tersebut (Palayarum) sudah mati dan ditumbuhi oleh pohon pohon rumbia.
Didaerah pinggiran kaki pegunungan Meratus inilah terdapat pusat-pusat kediaman penduduk yang tertua di Kalimantan Selatan, memanjang dari utara ke selatan seperti Muara Tabalong, Tanjung, Kelua, Amuntai (Negara Dipa), Negara Daha, Alai (Birayang) dengan ranting-ranting sungainya seperti sungai Kambat dan sungai Palayarum yang sudah mengalami pendangkalan.
Sungai tersebut merupakan satu-satunya urat nadi perhubungan yang dapat dilayari oleh para pedagang sambil berdakwah menyiarkan agama Islam. Di tepi sungai, yaitu di sekitar tempat yang disebut Pelajau tersebut tumbuh sebatang pohon besar yang rimbun. Di bawah pohon tersebut dibangun tempat peristirahatan yang sangat sederhana, terutama untuk para pedagang yang datang dari luar. Pohon kayu itu diberi nama Palajau. Oleh karena itu daerah ini di beri nama Kampung Palajau.
Kampung Palajau adalah sebuah daerah dalam kecamatan Pandawan, terletak lebih kurang 3-5 km ke arah Barat Laut dari kota Barabai, ibukota kab. HST. Secara geografis letaknya berada pada 2,31 derajat LS dan 115,21 derajat BT.
Di daerah ini , beberapa tahun yang lalu banyak orang/masyarakat yang menemukan bekas pecahan jukung/Perahu kecil dengan pengayuhnya yang terbenam dalam tanah pada waktu penggalian. Pecahan pecahan ini ditemukan ketika orang membuat sumur air minum atau pembuatan kolam untuk memelihara ikan/membudidayakan ikan mujair. Hal ini membuktikan kebenaran bahwa pernah adanya sungai besar yang bisa dilayari di wilayah ini.
Pada abad ke 14 M berdatanganlah utusan Raden Patah dari Kerajaan Islam Demak, bersama-sama dengan Pangeran dari Kerajaan Banjar. Menurut catatan , utusan dari Pulau Jawa itu berjumlah 7 orang yakni :
1. Malik Iberahim (sebagai pimpinan rombongan)
2. Imam Santoso
3. Habib Marwan
4. Mujahid Malik
5. Rangga Alibasah
6. Santeri Umar
7. Imarn Bukhari
Diantara ke tujuh orang dengan didampingi oleh beberapa personil dari Kerajaan Banjar, melaksanakan perjalanan ke beberapa tempat dalam kawasan Kerajaan Banjar dengan menggunakan kapal kecil dan perahu. Dari Koen mereka menyusuri sungai Negara, terus ke sungai Buluh dan Ilir Pemangkih, hingga diantaranya ada yang sampai ke sungai Palayarum yang disalah satu tepiannya ada sebuah tempat yang biasanya digunakan untuk beristirahat.
Ditempat peristirahatan tersebut, yaitu di bawah pohon kayu Palajau inilah kemudian dibangun sebuah Mesjid secara bersamaan dengan dibangunnya Mesjid di beberapa tempat di Pulau Jawa dan Kalimantan. Menurut catatan ada 9 (sembilan) buah mesjid yang dibangun dalam waktu yang bersamaan dan dengan bentuk yang sama pula. Termasuk diantara yang sembilan itu Mesjid Palajau dan juga Mesjid Sungai Banar di desa Alabio.
Mesjid Palajau ini adalah bangunan yang kelima dari sembilan buah mesjid tersebut. Jadi jumlahnya sesuai dengan jumlah Wali Songo, yaitu sembilan orang. Menurut catatan, tanda-tandanya pada kesembilan mesjid yang bersamaan dibangun tersebut adalah adanya pahatan huruf Jawa ditiang menara (tiang guru). Bertuliskan nama hari dan waktu pendirian (penajakan) mesjid itu. Di tiang itu ada lubang pahatan berbentuk panjang tempat penyimpanan catatan-catatan dengan tulisan Arab, yang memuat silsilah orang-orang yang membangun mesjid ini. Disamping itu ada pula gumpalan rambut Raden Patah, sebilah (satu buah) keris yang berelok sembilan dan sebilah tombak sikil segitiga dengan ukiran-¬ukiran sembilan Wali.
Pada kubah dari mimbar mesjid ini digunakan motif pohon Hayat. Dalam mitologi Dayak atau ajaran Kaharingan dilukiskan mengenai pohon Hayat yang disebut Batang Garing. Pohon Hayat ini mewujudkan kesatuan manifestasi alam atas dan bawah. Yakni konsep serba dua, seperti jantan-betina, siang-malam, terang gelap, baik dan jahat, hidup dan kematian. Selain melambangkan totalitas kosmos, juga dualisme relegius. Jadi kenyataan ini menggambarkan bahwa Agama Islam yang masuk dan berkembang sejak abad ke-16 didaerah ini tidak terlepas pula dari unsur-unsur Kaharingan dan agama Hindu Budha.
Orang-orang dahulu menganggap mesjid ini adalah mesjid keramat, sehingga selengkapnya sampai sekarang disebut dengan Mesjid Keramat Palajau. Bahkan setelah pemekaran desa, lokasi mesjid ini berada pada desa Palas, namun kata Palajau tetap menyertai dalam sebutan mesjid ini.
Waktu kedatangan orang-orang Belanda yang oleh masyarakat setempat disebut atau dikatakan sebagai orang-orang Berandal sekitar tahun 1862, terjadilah pertempuran dengan pasukan Demang Leman dari Kerajaan Banjar di sebuah tempat yang disebut dengan Hutan Simpur, sekitar 750 meter arah Barat Daya dari Mesjid ini.
Sebagaimana diketahui dalam sejarah bahwa pasukan Demang Leman inilah yang menjadi perisai terkemuka untuk menghadapi Belanda, membacking pasukan-pasukan lainnya, yang pada waktu itu berfungsi membentengi markas Hidayat yang berada di Pacukuan (Pajukungan), Barabai. Memang kedudukan Pangeran Hidayat tidak pernah menetap disuatu tempat, karena beliau selalu mencoba menyusun kekuatan, dan kadang¬-kadang beliau melakukan perjalanan diiringi beberapa orang dengan diam-diam menjumpai pemimpin-pemimpin kepercayaan beliau didaerah-daerah kawasan Kerajaan Banjar. Dalam hal ini keberadaan Hidayat dengan pasukannya di Barabai telah tercium oleh Belanda. Dan Verspyck dengan segera mengerahkan segala kemungkinan untuk melakukan serangan agar dapat menghadapi Hidayat. Pada saat inilah ketika mata-mata Belanda melacak sampai kedaerah Palas/ Palajau (hutan simpur), lebih kurang 1,5 km ke Utara dari Pajakungan, bertemu dengan pasukan Demang Leman yang memback up strateginya Pangeran Hidayat.
Orang-orang Berandal (Belanda) ketika itu singgah ke Mesjid ini, lalu muntah darah. Oleh sebab itulah orang menamakan mesjid ini dengan sebutan MESJID KERAMAT, dan menjadi tempat ziarah sampai sekarang. Lebih -lebih pada setiap tibanya hari lebaran, baik hari raya Iedul Fitri maupun Iedu1 Adha, orang-orang selalu berdatangan ziarah ke Mesjid Keramat ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, banyaknya penyelewengan-penyelewengan terhadap ajaran agama bagi orang yang berziarah, atau dengan istilah kata yang populer di daerah ini dengan sebutan BATUMBANG dengan membawa anak-anak yang baru lahir, kemudian menginjakkan kakinya ke mimbar, atau menyapu dengan minyak wangi ke tiang tengah/tiang guru dan tiang-tiang lainnya yang ada di mesjid ini. Bahkan ada pula yang mandi-mandi dengan air dalam gumbang kuning yang telah tersedia di mesjid. Malahan ada lagi yang memberikan kain putih (kaci) untuk membungkus kepala mesjid, serta memberikan kain-kain kuning pada tempat-tempat tertentu. Selain itu, juga ada yang melemparkan sejumlah uang logam atau uang pecahan kecil untuk diperebutkan sebagaimana orang menghamburkan beras kuning pada mempelai laki-laki yang baru datang pada suatu perkawinan dan lain sebagainya.
Mengingat hal-hal tersebut diatas sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang murni, yang merupakan aqidah keimanan kepada Allah SWT dan mengarah kepada syirik, maka guru-guru agama mengadakan musyawarah. Setelah dikemukakan berbagai pendapat dan silang sengketa, akhirnya diambil suatu keputusan untuk membuang / menghapus adat dan kebiasaan lama tersebut. Pembungkus kepala mesjid dibuang demi untuk menghindari akibat-akibat negatif.
Untuk selanjutnya, mengingat dan memperhati-kan keadaan bangunan Mesjid yang sudah tua seperti betonnya yang sudah pecah, tiangnya sudah condong, serta atapnya tiris, maka semufakat para guru agama dan tetuha-tetuha masyarakat dilingkungan itu dibentuk panitia perbaikan Mesjid Keramat Palajau ini. Maka pada tahun 1972 dimulailah pemugaran dan pembangunan dengan mengubah bentuk asalnya, tinggi hampir 2 meter dari tanah, panjang 10 m. dan lebar 10 m bangunan utama, empat tangga untuk naik kedalam, dirobah dengan bentuk baru dengan membongkar tanah setinggi lebih kurang 1,50 meter dengan panjang 15m dan lebar 15m. Bangunan utama seperti bangunan yang ada sekarang ini.
Setelah terjadinya perombakan ini, oleh pemerintah, dalam hal ini Dep.P dan K bidang kebudayaan dan kepurbakalaan telah menaruh perhatian yang cukup besar terhadap Mesjid Keramat ini, sehingga tidak hanya petugas Kabupaten dan Propinsi saja yang datang ketempat ini , bahkan petugas kepurbakalaan dari pusat(Jakarta) sendiri merasa perlu untuk datang sendiri menyaksikannya, serta memberikan bantuan dengan SK (surat keputusan ) untuk juru kunci / pemelihara Mesjid Keramat Pelajau yaitu sdr MAHFUZ AHMAD (almarhum) , yaitu pada tahun anggaran 1979/1980, 1980/1981, 1981/1982. Untuk tahun anggaran 1982/1983 menurut Kakandepdikbud Kabupaten Hulu Sutigui Tengah, bantuan tersebut telah digeser ke mesjid lain. Tentang alasannya kenapa dipindahkan ketempat lain, tidak mengetahui, karena tidak diberikan penjelasannya.
Sejak zaman dahulu fungsi mesjid ini tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam musyawarah dan dalam bidang pengajian, yaitu pusat kegiatan untuk menuntut ilmu pengetahuan, terutama sekali pengetahuan agama, baik untuk generasi tua seperti adanya lembaga pembacaan/ pengajian di mesjid, maupun untuk generasi muda, seperti Taman Pendidikan Al Qur'an dan lain.-lain.
Jadi fungsi Mesjid Keramat Pelajau digunakan sebagai pusat pendidikan informal sudah sejak zaman dahulu, jauh sebelum kemerdekaan. Sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam musyawarah, terbukti pada saat perjuangan fisik bersenjata tahun 1945, para pimpinan selalu melakukan permusyawaratan dan menyusun strategi di Mesjid Keramat. Hal ini disamping tempat yang nyaman, penuh rasa aman, karena setiap orang Belanda yang memasuki wilayah Mesjid Keramat itu selalu mendapat serangan misterius, yaitu muntah darah secara mendadak.
Sesuai dengan tuntutan zaman dengan segala perkembangan yang ada, terlebih-lebih pada abad ke-XIX dimana terjadinya pemberontakan diberbagai daerah Nusantara, termasuk Kalimantan Selatan, timbullah gagasan /suatu pemikiran untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan formal dilingkungan Mesjid Keramat (Telaga Kangkung dan Pelajau Darat). Dari lembaga itu diharapkan lahirnya generasi penerus yang bukan hanya ahli di bidang agama, tapi juga mempunyai bekal pengetahuan umum, dan juga dapat ikut dalam barisan untuk membela rakyat yang terjajah dari kebodohan, keterbelakangan dan penindasan yang tidak berperikemanumaan. Dimotori oleh sebuah organisasi yang bernama Persatuan Perguruan Islam (PPI), dibangunlah sehuah taman pendidikan yang berbentuk pesantren / madrasah bagi generasi berikutnya. Bentuk lembaga pendidikan seperti itu memang sedang marak dikelola oleh masyarakat pribumi pada masa itu, sebagai imbangan lembaga pendidikan umum oleh kolonial/bangsa penjajah (Belanda). Hal ini dimaksudkan disamping demi untuk tetap tegaknya syiar Islam dan memakmurkan Mesjid Keramat, juga untuk lahirnya generasi yang dapat mengangkat martabat bangsa, agar bisa lepas dari belenggu penjajahan, khususnya yang ada di daerah ini.
Akhirnya gagasan tersebut menjadi kenyataan, dengan adanya Madrasah di Telaga Kangkung, lebih kurang 1 km dari Mesjid Keramat,yang bangunannya berlantai 2. Tingkat dasar sebagai lembaga pendidikan, sedangkan diatas adalah sebagai Mushala. Kemudian di Pelajau Darat, lebih kurang 750 m dari Mesjid Keramat didirikan Madrasah Wajib Belajar (MWB) pada tahun 1945 dengan pimpinannya yang pertama H.Djaperi bin H. Ismail.
Pada masa setelah kemerdekaan, didirikan pula Pesantren di Rasau Pelajau Hulu lebih kurang 1 km dan Mesjid Keramat, yang diprakarsai dan dipimpin langsung oleh guru Abdul Chalik bin H. Djaperi, yang digunakan sebagai tempat kegiatan dan berbagai aktifitas dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan ini. Pada tahun 1957 Pesantren tersebut dipindah ke lingkungan Teluk Mesjid, lebih kurang 150 m dari Mesjid Keramat, dan namanya diganti dengan Madrasah Al-Fidaa Pelajau Hilir. Pada tahun 1960 -an sampai awal 1970-an Pesantren Madrasah ini sangat barpengaruh, bukan hanya untuk lingkup Hulu Sungai Tengah, tapi juga untuk kawasan Kalimantan Selatan. Karena ha1 ini pulalah antara lain yang menghantarkan pengasuh/ pimpinannya sampai menjadi anggota Lembaga Tertinggi Negara ( anggota MPR/DPR RI ). Lembaga pendidikan ini masih ada hingga sekarang, namun sudah berstatus negeri dengan nama Madrasah Tsanawiyah Agama Islarn Negeri Pandawan. Kernudian dalam rangka adaptasi dengan kurikulum nasional, maka Madrasah Wajib Belajar (MWB) yang ada di Pelajau Darat pun menjadi Madrasah Ibtidaiyah.
Demikian pula lembaga pendidikan Madrasah sebagai partnernya dan Mesjid Keramat berjalan dengan sarana dan prasarana yang apa adanya, namun cukup memberi makna keberadaanya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Menjadi dasar dan hajat dan tuntutan masyarakat demi untuk memakmurkan Mesjid Keramat, sekaligus pencetak kader pejuang muslim yang sejati, sesuai dengan harapan ummat, bangsa dan negara, terutama untuk tetap tegaknya Syi' ar Islam di wilayah ini.
Kemudian sebagai tambahan catatan bahwa dalam mesjid ini pula pertama kali diputuskan Perang Sabil melawan Belanda yang diumumkan oleh almarhum Guru Asman.
Akibat daripada itulah maka di kampung inilah pertama sekali di Kalimantan Selatan pada tahun 1930-an diadakan Aksi Blokkade oleh Militer Belanda dalarn upaya mematahkan semangat perjuangan mereka dalam menegakkan li i'la ikalimatillah.
Seirama dengan program pemekaran wilayah yang dilaksanakan secara nasional, maka desa/kampung Pelajau dibagi-bagi wilayahnya menjadi beberapa desa. Untuk wilayah yang dilokasinya terdapat Mesjid Keramat disebut desa Palas, sehingga praktis sekarang Mesjid Keramat terletak di desa Palas. Nama Palas ini diambil dari nama salah satu anak kampung Pelajau hilir pada waktu kampung Pelajau hanya terbagi 2 (dua) yaitu Pelajau hilir dan Pelajau hulu. Di Palas inilah terletak hutan simpur, yaitu tempat terjadinya pertempuran melawan penjajah (Belanda). Rakyat bangkit dengan dimotori oleh pasukan Demang Leman dari Kerajaan Banjar.
Dari catatan H.Gt. Mayur, SH. dalam bukunya " Perang Banjar " halaman 54 menyatakan bahwa banyak tentara Belanda yang berada di Barabai jatuh sakit, sehingga Pangeran Hidayat yang berada di Aluan tidak perlu merasa khawatir akan serangan kaum penjajah tersebut. Hal ini konon karena banyak diantara orang-orang Belanda yang katulahan (kualat) setelah memasuki kampung palajau, terutama melewati Mesjid Keramat (dikutip dari Panitia Mesjid Keramat Barabai)
»»  Baca Selengkapnya...